Bojonegoro, korannasional.id - Mengusung tema 'Bersinergi untuk Bojonegoro Mandiri,' peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348 tahun berlangsung meriah dan penuh makna.
Bukan hanya menjadi agenda seremonial tahunan, HJB ke-348 juga menjadi momentum memperkuat kolaborasi lintas elemen dalam membangun daerah.
Tradisi budaya dan nilai sejarah dikemas apik, menyatu dengan semangat pembangunan baru untuk mewujudkan masyarakat Bojonegoro yang mandiri, makmur dan membanggakan.
Rangkaian peringatan HJB dimulai sejak Jumat (17/10/2025) melalui prosesi spiritual napak tilas dan ziarah ke makam leluhur pendiri Bojonegoro, oleh Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro, Ketua TP PKK, hingga jajaran Forkopimda dan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Ziarah pertama dilakukan di Makam Adhipati Haryo Matahun, dilanjutkan Makam Adipati Djojonogoro, dan Makam Kanjeng Sumantri di Kelurahan Mojokampung.
Napak tilas berlanjut ke makam Raden Bagus Lancing Kusumo hingga Petilasan Angkling Dharmo, doa bersama dipanjatkan sebagai wujud penghormatan atas jasa para leluhur yang berjasa sebagai cikal-bakal berdirinya Bojonegoro.
Momen ini tidak hanya perjalanan spiritual, tetapi juga semakin dekat dengan masyarakat.
Kegiatan ini diwarnai dengan penyerahan bantuan sosial (bansos) Kunjungan Kasih untuk Masyarakat Bojonegoro (KUSUMO) kepada keluarga miskin sebagai wujud kepedulian sosial Pemkab Bojonegoro.
Puncak rangkaian tradisi budaya berlangsung pada Minggu (19/10/2025) melalui prosesi sakral pengambilan api abadi di Geosite Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.
Api abadi yang tak pernah padam itu menjadi simbol semangat dan keuletan masyarakat Bojonegoro yang terus menyala.
Prosesi dipimpin juru kunci Kayangan Api, diiringi upacara adat, tarian waranggono, ritual tabur bunga, serta doa tolak balak untuk keselamatan wilayah Bojonegoro.
Obor api abadi kemudian dikirab menuju Pendopo Malowopati dengan melibatkan 35 pelari mewakili unsur masyarakat, pelajar, dan organisasi kepemudaan.
Setibanya di pendopo, digelar malam tirakatan dan doa bersama lintas agama sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan bagi kemajuan daerah.
Malam itu, tasyakuran HJB juga digelar serempak di 11 kelurahan dan 419 desa se-Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono menegaskan peringatan HJB ke-348 merupakan refleksi sejarah panjang kabupaten yang sarat nilai perjuangan dan kearifan lokal. Ia mengajak seluruh elemen bersatu berkolaborasi membangun kemandirian daerah.
“Pembangunan Bojonegoro tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah. Butuh partisipasi, sinergi, dan kolaborasi seluruh komponen masyarakat. Momentum hari jadi ini harus menjadi titik tolak memperkuat kebersamaan untuk mewujudkan Bojonegoro mandiri, maju, dan membanggakan," ujarnya.
Capaian pembangunan daerah turut dipaparkan Wahono. Satu di antaranya penurunan angka kemiskinan yang mencapai 0,2 persen pada tahun ini.
Pemerintah juga mendorong kemandirian ekonomi melalui program berbasis pemberdayaan masyarakat, termasuk Program Gayatri yang fokus memperkuat ekonomi keluarga.
Di sektor kesehatan, Bojonegoro telah mencapai Universal Health Coverage (UHC) 100 persen.
Warga telah terjamin BPJS Kesehatan, ditambah inovasi layanan seperti Program Satelit, Wasiat, PSC 112, hingga program jemput bola eliminasi TBC dan stunting.
Pada bidang pendidikan, Pemkab Bojonegoro mendukung berdirinya Sekolah Taruna Pamong Praja satu-satunya di Indonesia.
Kemudian program beasiswa 1 desa 10 sarjana, beasiswa tugas akhir, scientist, dan terbaru beasiswa untuk santri pondok pesantren (beasiswa gus dan ning).
Selain itu, rangkaian acara HJB turut menjadi momen penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) sebagai proyeksi kerja sama strategis Pemkab Bojonegoro dengan 8 perguruan tinggi nasional guna mendorong pengembangan daerah berbasis riset ilmu pengetahuan.
“Mari kita bersinergi dan berkolaborasi untuk masa depan Bojonegoro yang mandiri, masyarakat yang bahagia, makmur, dan membanggakan," pungkasnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Welly Fitrama mengungkapkan, pada peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348 melibatkan berbagai unsur dari masyarakat.
Pada apel peringatan diisi pertunjukan kolosal yang melibatkan 348 seniman lokal serta bazar UMKM.
"Ada beragam kesenian daerah, mulai dari Tari Sufi, Wak Tangsil, Dadak Merak, Oklik, hingga atraksi kreatif Tentara Cilik dan penampilan 1961 anggota pramuka tingkat SD dan MI se-Bojonegoro menampilkan senam semapur," ujarnya.
Selan itu, Welly menyebutkan di momen ini Pemkab Bojonegoro memberikan kado istimewa dengan diresmikannya Museum Rajekwesi.
Peresmian ditandai dengan prosesi boyong museum dan penandatanganan prasasti oleh Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono.
Hadirnya museum ini diharapkan menjadi sarana dan ruang edukasi sejarah bagi masyarakat.
Selain itu, di museum ini juga dilengkapi koleksi wayang, gamelan hingga busana adat.
"Setelah diresmikan museum ini dibuka untuk umum dan juga direncanakan menjadi ruang edukasi sejarah bagi anak-anak, pelajar dan mahasiswa. Juga ruang kebudayaan," sambungnya.
Tak berhenti di situ, puncak kemeriahan rangkaian peringatan HJB ke-348 Bojonegoro akan berlangsung pada kamis (23/10/2025). Pesta rakyat yang akan dimeriahkan oleh artis ibu kota, Denny Caknan.
Dilanjutkan dengan event untuk pemuda bertajuk Bojonegoro Youth Festival pada 24 hingga 25 Oktober 2025 di GOR Utama Bojonegoro.
Rangkaian acara tersebut akan ditutup dengan Medhayoh Night Run pada Sabtu (1/11/2025).
"Diharapkan pada peringatan HJB ini tidak hanya sebagai peringatan semata, melainkan juga menumbuhkan kecintaan terhadap budaya daerah, dan menumbuhkan perekonomian kerakyatan dan UMKM," tutup Welly.
Peringatan HJB ke-348 menjadi bukti bahwa kearifan tradisi dan pembangunan modern dapat berjalan seiring. Semangat sinergi dan kolaborasi terus dibangun untuk mewujudkan Bojonegoro yang bahagia makmur dan membanggakan.


