Jember, korannasional.id — Tiga siswa kelas 5 SDN Sanenrejo 02, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, diduga menjadi korban penganiayaan dari kepala sekolah mereka saat jam pelajaran, Jumat (26/9/2025).
Korban diketahui berinisial AD, FU, dan MN, yang mengalami memar ringan hingga berat. Salah satu orangtua korban, Intan Wahyu mengatakan, peristiwa terjadi saat siswa sedang mengikuti ujian praktik menggunakan ponsel dalam mata pelajaran agama.
"Anak-anak itu ramai enggak bisa diatur sama guru agamanya yang kebetulan adalah putri dari Bapak Kepala Sekolah, akhirnya bu guru itu kalau gak salah marah, ngambek sama anak-anak, dan kembali ke kantor meninggalkan anak-anak di kelas," kata dia saat ditemui di sekolah, Sabtu (27/9/2025).
Beberapa siswa perempuan menyusul guru tersebut ke kantor untuk membujuk kembali ke kelas.
Guru itu meminta agar siswa laki-laki yang membuat keributan meminta maaf terlebih dahulu, namun mereka menolak.
"Akhirnya Bapak Kepala Sekolah datang ke kelas V langsung marah-marah mengatakan hal-hal yang tidak pantas ke anak-anak, habis itu datang ke meja yang paling pojok lalu memukul, menendang," sambung Intan.
Intan menyebut, putranya ditendang, begitu juga dengan AD, sementara FU ditampar.
Menurut Intan, AD mengalami luka cukup parah, sementara anaknya sudah membaik tapi mengalami trauma ringan.
"Sekarang sih kondisi anak saya sudah membaik, sudah bisa diberikan pengertian, sudah mau sekolah. Karena kebetulan kan Bapak Kepala Sekolahnya juga sudah tidak ada di sini," ujar dia.
Ia mengaku kecewa terhadap peristiwa kekerasan tersebut. Bila siswa nakal, tambahnya, cara mendidiknya bukan dengan fisik.
"Kami dari pihak wali murid berharap Dinas Pendidikan bisa benar-benar mengevaluasi. Jangan hanya dimutasi, tapi perlu ada tindakan yang lebih tegas agar kejadian seperti ini tidak terulang," tegas dia.
Sebab menurut dia, kekerasan fisik yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut tak hanya sekali.
Salah satu guru SDN Sanenrejo 02 Eni Indah Puji Astuti mengaku merasakan penyesalan mendalam atas kejadian tersebut.
"Kami para pengajar sangat menyesalkan kejadian ini bisa terjadi di SD kami dan kami berjanji pembelajaran akan berjalan lebih baik lagi, lebih kondusif, utamanya situasi dan kondisinya tidak sampai terjadi hal seperti ini lagi," ucap dia. (Rani)
