Sumenep, korannasional.id - Warga Kecamatan Gayam dan Nonggunong, Pulau Sepudi,
Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tengah menghadapi krisis bahan bakar minyak
(BBM).
Akibatnya, harga bensin
eceran di tingkat pengecer meroket hingga Rp 15.000 per liter yang semula harga
eceran tertinggi (HET) Rp 10.000 per liter. Warga Desa Kalowang, Kecamatan
Gayam, Vero, mengungkapkan, krisis BBM sudah berlangsung sekitar sepekan.
SPBU di Kecamatan Gayam tutup hampir seminggu
terakhir, sementara di Kecamatan Nonggunong, SPBU bahkan sudah tidak beroperasi
hampir satu tahun.
"Sekitar seminggu
(SPBU) sudah tutup, kalau di Nonggunong, ditutup karena memang sempat ada
polemik itu," kata Vero kepada Kompas.com, Selasa (23/9/2025).
Hal senada disampaikan Abdul Kifli, warga Desa
Sukarame, Kecamatan Nonggunong. Dia mengaku harga bensin dalam botol besar kini
mencapai Rp 25.000.
Dirinya menyebut, kenaikan
harga mulai terjadi dua hari terakhir, dan warga semakin kesulitan memenuhi
kebutuhan bahan bakar harian.
"Hanya bergantung ke
stok eceran, SPBU kan sudah enggak ada," ujar dia.
Menurut Kifli, krisis ini dipicu kapal pengangkut
BBM yang mogok dalam perjalanan menuju Pulau Sepudi.
Namun, ia tidak mengetahui
lokasi pasti kapal tersebut. Masalah serupa disebut sudah dua kali terjadi
sejak awal 2025. Saat ini, menurut Kifli, warga Nonggunong semakin terbebani
karena harus membeli bensin di Kecamatan Gayam.
Ketiadaan SPBU di wilayah mereka membuat akses BBM
bergantung penuh pada pasokan luar, sehingga setiap gangguan distribusi
langsung berimbas pada lonjakan harga.
Fenomena ini, jelas Kifli, menunjukkan betapa
rentannya wilayah kepulauan seperti Sepudi terhadap gangguan distribusi.
Ketergantungan pada kapal penyuplai tanpa
alternatif cadangan membuat masyarakat terjebak dalam pola krisis berulang,
yang mestinya bisa diantisipasi sejak awal.
"Karena memang tidak
pernah ada alternatif, setiap kali tak ada pasokan, langsung naik
harganya," pungkasnya. (Dina)