Bangkalan, korannasional.id - Aksi penganiayaan dilakukan satu keluarga terhadap seorang ibu dan anaknya yang masih berusia enam tahun.
Aksi penganiayaan tersebut terjadi di Desa Kajuanak, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Korban, yakni Mokarromah (35), mengungkap kronologi kejadian.
Ia mengatakan bahwa kejadian bermula saat anaknya, E (6), bersama teman sebayanya sedang membeli jajan ketika jam istirahat di sekolah madrasah.
Tak lama kemudian, bungkus jajan tersebut dibuang di halaman oleh E dan teman-temannya.
Tiba-tiba, E dan teman-temannya didatangi oleh seorang nenek, yakni MS (70), yang membawa bambu.
Nenek tersebut merupakan salah satu keluarga dari penjual makanan di sekitar sekolah tersebut.
"Anak saya serta anak-anak lain disabet pakai bambu itu, lalu dilerai oleh para guru," ujarnya, Sabtu (18/10/2025).
"Akibatnya, anak saya mengalami lebam di bagian matanya. Kejadiannya itu hari Kamis, tanggal 16 Oktober lalu," tambahnya.
Tak terima anaknya dianiaya, Mokarromah lalu menghubungi cucu laki-laki MS, yakni R, melalui telepon.
Saat dihubungi, R sempat meminta maaf atas perlakuan neneknya. Namun, R diduga meremehkan kejadian tersebut sehingga terjadi perdebatan.
"Jadi R itu malah bilang, 'Kan enggak sampai buta anakmu' begitu. Ini bukan masalah buta atau tidak, tapi anak saya dianiaya," ungkap Mokarromah.
Diduga, dalam perdebatan tersebut terjadi kesalahpahaman hingga mengakibatkan R mendatangi rumah Mokarromah yang letaknya tak jauh dari rumah keluarga R.
"Lalu R datang ke rumah dan saya jelaskan agar dia tidak salah paham. Tapi saya justru dipukul, ditonjok, dan kepala saya dibanting ke tembok," ungkapnya.
"Saya di rumah saat itu hanya bersama ibu saya yang sudah sepuh. Sedangkan suami masih ada kegiatan di luar rumah," jelasnya.
Tak lama berselang, ibu R, yakni MY, juga turut datang ke rumah korban. MY lalu mencakar wajah korban dan menganiaya hingga korban pingsan. Mendengar keributan tersebut, tetangga lain datang untuk melerai pelaku.
Namun, ayah R, yakni MD, lalu ikut datang ke rumah korban dan terus memprovokasi R agar membunuh korban.
"Jadi saat tetangga datang itu, mereka memegangi R agar tidak terus memukuli saya, tapi ayahnya R, yakni MD, terus menyuruh R untuk membunuh saya," imbuhnya.
Akibat penganiayaan tersebut, Mokarromah mengalami luka di bagian kepala dan beberapa bagian tubuhnya.
Korban juga mengalami trauma pasca kejadian tersebut.
"Sebelum meninggalkan rumah kami, pelaku terus mengancam akan membunuh saya," tuturnya.
Ancaman tersebut membuat korban khawatir. Apalagi, keluarga pelaku dikenal problematik dan kerap melakukan tindakan kasar.
"Makanya, sekarang kami sekeluarga sementara mengungsi ke rumah saudara di luar Kecamatan Galis," imbuhnya.
Mokarromah kini juga melaporkan kejadian tersebut ke Polres Bangkalan dan telah melakukan visum.
Ia berharap, kasus tersebut bisa segera ditangani dan para pelaku bisa segera ditangkap.
"Kami sudah laporkan para pelaku, semoga bisa segera ditangani," ucapnya.
Sementara itu, Psikolog sekaligus Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA) Kabupaten Bangkalan, Dr Mutmainah, saat ini terus melakukan pendampingan terhadap Mokarromah dan anaknya yang menjadi korban penganiayaan.
"Kami akan terus melakukan pendampingan pada dua korban tersebut sampai kasus ini selesai."
"Kami juga melakukan upaya pemulihan trauma yang dialami oleh korban," pungkasnya.
