Notification

×

Tag Terpopuler

Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Banyuwangi Digelar Akhir Pekan Ini, Warga Bisa Ngopi Gratis

Kamis, 06 November 2025 | November 06, 2025 WIB Last Updated 2025-11-06T08:59:01Z

Banyuwangi, korannasional.id - Festival Ngopi Sepuluh Ewu akan kembali digelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu (8/11/2025) malam. 

Event tahunan yang masuk dalam kalender Banyuwangi Festival (B-Fest) ini menyediakan 1 kuintal kopi robusta hasil perkebunan lokal untuk dinikmati ribuan pengunjung secara gratis.

Ketua Panitia Festival, Moh Edy Saputro, menjelaskan kopi tersebut dibeli dari pengusaha dan pelaku UMKM kopi di Banyuwangi, lalu dibagikan kepada warga.

"Kopi nanti akan kami sebar ke warga-warga yang tinggal di kanan-kiri jalan sebelum festival," kata Ketua Panitia Festival Ngopi Sepuluh Ewu, Moh Edy Saputro, Kamis (6/2025).

Saat festival digelar, jalan utama di Desa Kemiren akan ditutup total. Sebanyak 300 meja berserta kursinya akan digelar di pinggir jalan untuk tempat ngopi warga yang datang.

Dalam setiap Festival Sepuluh Ewu, ribuan warga berkunjung ke Kemiren untuk menikmati serunya ngopi beramai-ramai secara gratis. Mereka menikmati panasnya seduhan kopi dengan suasana malam asri di desa wisata adat Osing.

Edy menjelaskan, bubuk kopi akan disuplai kepada warga yang rumahnya di pinggir jalan untuk disajikan ke siapapun yang datang.

"Satu kuintal kopi itu akan dikemas per 100 atau 200 gram. Kopi dan gula akan dibagikan ke setiap meja dengan dua kali suplai. Pertama sebelum acara dimulai. Kedua, saat sekitar 30 menit setelah acara berlangsung," ujar Edy.


Tradisi Suguhkan Kopi Kepada Tamu
Yang menarik, Desa Kemiren bukanlah desa penghasil kopi di Banyuwangi. Namun, warga setempat memiliki tradisi menyuguhkan kopi kepada tamu dengan cangkir khas.

Setiap keluarga di Desa Kemiren dipastikan memiliki satu set cangkir keramik. Edy bilang, jumlah kepala keluarga di Kemiren sekitar 1.100, Jika satu keluarga memiliki sedikitnya selusin cangkir, jumlah cangkir bisa lebih dari 10 ribu.

"Cangkir-cangkir di Kemiren ini memiliki nilai warisan turun-temurun. Ketika seorang perempuan menikah, ia akan mendapatkan warisan berupa cangkir dan perlengkapan pecah belah dari orang tuanya," kata Edy.

Kebiasaan menyimpan cangkir itu berlanjut pada kebiasaan menyuguhkan kopi kepada para tamu. 

"Kebiasaan menyuguhkan kopi ini mencerminkan nilai suguh, gupuh, lungguh. Artinya, tamu yang datang disambut dengan suguhan dan keramahan yang menjadi jati diri warga Kemiren," ungkap dia. 
×
Berita Terbaru Update